Hari Kelahiran
Pada hari Ibu-ku melahirkanku,
Pada hari itu tiga puluh tahun yang lalu,
Keheningan menempatkanku dalam keluasaan tangan-tangan kehidupan, dipenuhi dengan pergulatan dan konflik.
Lihatlah, tiga puluh kali sudah aku berjalan mengelilingi matahari,
Berapa kali sudah bulan berjalan mengelilingiku, aku tak tahu.
Kecuali ini aku tahu, bahwa aku belum memahami rahasia-rahasia cahaya,
Pun aku tak mengerti misteri-misteri kegelapan.
Tiga puluh kali sudah aku berjalan bersama bumi, bulan, matahari dan bintang-bintang mengitari dunia.
Lihatlah, kini jiwaku membisikan nama-nama sistem kosmik.
Bahkan seperti palung-palung laut menggema ke gelombang-gelombang.
Karena jiwa yang hidup, sebuah arus dalam kosmos, tapi tak diketahui kekuatannya,
Dan jiwa menyanyikan irama kosmik, tinggi dan rendah,
Namun tidak mencapai kepenuhan harmoninya.
Tiga puluh tahun yang silam sang waktu menulisku dengan masgul dalam buku asing dan kehidupan yang dasyat ini.
Lihatlah, sebuah kata adalah ‘AKU’ yang bermakna kini tiada apa-apa dan kini banyak hal,
Pada hari itu dari tiap-tiap tahun pikiran-pikiran itulah dan ingatan-ingatan itulah yang mendesak-desak jiwaku.
Mereka berjalan perlahan-lahan di belakangku – prosesi hari-hari berlalu,
Parade hantu-hantu malam hari,
Lalu mereka membawa pergi, bahkan seperti angin menggiring awan dari cakrawala.
Mereka lenyap di kegelapan, rumahku bagai nyanyian-nyanyian anak sungai di lembah-lembah yang sunyi dan jauh.
Pada hari itu, setiap tahun, semangat-semangat itu telah membentuk keberanianku,
Datang mencariku dari ujung-ujung dunia yang lain,
Dan menyanyikan kata-kata kenangan yang indah,
Kemudian mereka berlalu, bersembunyi di belakang kesamaan hidup ini, bahkan seperti burung-burung turun ke sebuah lantai – penebah – gandum dan tiada bebijian terjamu diatasnya,
Mengambang – ambang di udara sebentar dan dari sini terbang mencari tempat yang lain.
Senantiasa pada hari itu makna-makna kehidupan lampauku berdiri dihadapanku, bahai cermin-cermin suram,
Dimana aku memandang barang sejenak dan tak melihat apa pun kecuali wajah-wajah tahun yang pucat seperti mayat,
Tiada apa pun selain wajah-wajah mengisut dan berumur dari hadapan harapan dan mimpi-mimpi yang lama hilang,
Lebih dari sekali aku memandang gcermin-cermin itu, dan disitu yang terlihat hanya wajah diam kepunyaanku.
Aku merenungi setelah tak melihat apa pun selain kesedihan,
Ku tanya kesedihan dan kutemukan dia tak bisa berbicara,
Meskipun demikian kesedihan bisa berbicara, pada pendapatku dia akan mengucapkan sepatah kata yang lebih manis dari pada keriangan.
Selama tiga puluh tahun aku telah banyak mencintai,
Dan kerap kali aku mencintai apa yang dibenci orang lain.
Masihkah apa yang kucintai seperti seorang anak aku mencitai sekarang,
Dan apakah yang kini kucintai akan kucintai hingga akhir kehidupan
Karena cinta adalah semua yang kumiliki, tak seorang pun akan membuatku kehilangan itu.
Seringkali aku mencintai kematian,
Menyebut nama-nama manis kematian dan membicarakannya dalam kata-kata yang mengasihi entah secara terbuka entah secara rahasia.
Namun walaupun aku tidak melupakan, pun tidak merusakkan ikrar-ikrar dari kematian,
Aku pun telah terdidik mencintai kehidupan,
Karena kematian dan kehidupan menjadi sama bagiku dalam keindahan dan dalam keriangan,
Mereka mengambil bagian dalam pertumbuhan kerinduan dan gairahku,
Dan mereka membagi cinta dan kelemahan dan kelembutanku.
Kemerdekaan juga kucintai, bahkan seperti kehidupan dan kematian,
Dan seperti cintaku tumbuh, demikian pula tumbuh pengetahuanku dari perbudakan manusia sampai tirani dan penghinaan.
Seraya aku melihat ketundukan mereka terhadap berhala ditelak oleh abad-abad kegelapan,
Diasuh dalam kebodohan dan dipelitur oleh bibir-bibir para budak,
Tapi aku mencintai budak-budak ini seperti aku mencintai kemerdekaan, dan aku menyayangi mereka, karena mereka orang-orang buta,
Mengecup rahang-rahang dari hewan-hewan buas yang licik dan tidak melihat.
Menghirup racun dari ular-ular berbisa yang jahat, dan tidak merasakan
Menggali kuburan mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri dan tidak mengetahui, Kemerdekaan kucintai lebih daripada yang lain-lain.
Karena kutemukan kemerdekaan seperti seorang gadis yang dibuang dari ketiadaan dan pengasingan
Hingga ia menjadi sesosok hantu yang gentayangan diantara gedung-gedung di jalan-jalan sunyi,
Dan ketika ia memanggil orang-orang yang melintas keluar, mereka tidak mendengar pun tidak melihat.
Semua orang, selama tiga puluh tahun ini aku mencintai kebahagiaan.
Aku terbiasa bangun pada tiap fajar dan mencarinya bahkan seperti mereka,
Tapi tak pernah aku menemukannya di jalan-jalan mereka,
Pun tak terlihat jejak langkah-langkah kaki kebahagiaan pada pasir dekat gedung besar mereka,
Pun aku tak mendengar gema suaranya dari jendela-jendela rumah mereka.
Ku coba sendiri menemukan menemukannya
Aku mendengar jiwaku berbisik di telingaku,
Kebahagiaan adalah seorang gadis yang dilahirkan dan diasuh dalam benteng hati, Dia tak pernah datang dari seberang dinding-dindingnya.
Namun ketika ku buka gerbang hatiku demi menemukan kebahagiaan
Ku lihat disana cerminya dan ranjangnya dan busana-busananya, tapi dirinya sendiri tak bisa kutemukan.
Manusia telah aku cintai, ya banyak sudah aku mencintai manusia,
Dan manusia dalam opiniku ada tiga ;
Seseorang yang megutuki kehidupan, seseorang yang memberkatinya, dan seseorang yang merenunginya.
Pertama, aku mencintai karena kesengsaraannya, kedua karena kedermawanannya, ketiga karena kebajikannya.
Demikianlah tiga puluh tahun berlalu.
Dan demikianlah siang-siang dan malam-malamku saling mengejar satu sama lain dibawah kehidupanku,
Seperti daun pepohonan berhamburan dihadapan angin musim gugur
Dan hari ini aku istirahat mengenangkan, bahkan seperti seorang pemanjat separuh jalan penat menuju puncak.
Dan aku menoleh kebelakang dan ke kanan dan ke kiri, tapi tak kulihat mas, intan dan lain barang berharga dimanapun,
Yang bisa ku-hak-i dan berkata “ini kepunyaanku sendiri......”
Bahkan berbuat pun tak kutemukan dalam musim-musim dari tahun-tahunku panen apa pun juga
Kecuali hanya lembaran-lembaran indah kertas putih yang diatasnya di jejaki tanda-tanda tinta hitam
Dan asing dan terdiri atas potongan-potongan kain-kain kanvas yang serasi maupun yang tidak serasi.
Didalam ini telah kukafani dan kukuburkan kecantikan dan kemerdekaan yang telah kangankan dan mimpikan
Bahkan seperti petani yang pergi keladang menaburkan benih didalam galur-galurnya,
Kembali kerumahnya pada senja kala mengharapkan dan menanti
Tapi aku, meskipun telah menabur dengan baik benih-benih dari hatiku
Sungguhpun begitu aku tidak mengharap pun tidak menunggu.
Dan kini aku telah tiba di musim kehidupanku,
Masa silam tampak bersembunyi di balik segumpal kabut keluhan dan penderitaan,
Dan masa depan dibukakan melalui tabir masa silam.
Aku istirahat dan memandang kehidupan dari jendela kecilku
Kupandangi wajah-wajah manusia, dan ku mendengar mereka berteriak bangkit menuju langit
Kuamati langkah-langkah kaki mereka jatuh di antara jalan-jalan dari gedung-gedung,
Dan kulihat komuni suci dari semangat mereka, keinginan dari gairah mereka, kerinduan dari hati mereka.
Aku istirahat dan memandang kanak-kanak saling melempar debu dengan tertawa dan tangisan-tangisan nyaring
Kulihat anak-anak lelaki dengan wajah-wajah diangkat ke atas seolah mereka membaca sebuah ode buat anak muda yang ditulis pada tepi-tepi segumpal awan
Digarisi dengan seri cahaya yang agak redup dari matahari.
Kulihat remaja belia melenggang maju-mundur, bagai cabang-cabang dari sebatang pohon
Tersenyum bagai bunga-bunga dan, memandangi kebeliaan dari balik kelopak mata
Bergetaran bersama cinta dan gairah yang lembut.
Kulihat usia berjalan lamban, dengan lingkaran kecil di belakangnya
Condong diatas tiang-tiang mereka dan memandang dengan mantap pada bumi
Seolah-olah mata rabun tua mereka sedang mencari dalam debu karena kehilangan permata-permata berkilau
Aku istirahat di sisi jendelaku dan kupandangi semua bentuk dan bayangan-bayangan ini, bergerak lambat dan mengerikan mengelilingi kota.
Kemudian aku memandang jauh diseberang kota ke hutan belukar
Dan kulihat semua yang ada di tempat itu indah sekali dan keheningan yang mengilhami,
Tingginya anak-anak bukit dan sempitnya lembah-lembah, pepohonan mengganjalnya dan rumput-rumput gemetar
Bunga-bunga dengan muatan wangiannya, dan sungai-sungainya yang berbisik
Burung-burung liarnya menyanyi, dan semua senandung kehidupan bersayap.
Aku memandang seberang hutan, dan disana tampak samudera
Dengan mukjijat kedalamam dan rahasia misteriusnya, menyembunyikan mas, intan dan barang berharga lainnya.
Disana kulihat semua yang ada diatas wajah yang mengusik, mengalir dengan cepat, air-air yang berbuih
Dan buih ditiup angin yang bangkit dan uap air yang turun.
Aku menatap dengan tajam keseberang lautan dan melihat keluasaan tak terbatas
Dunia mengapung, bintang-bintang berkelap-kelip, matahari dan bulan, dan bintang-bintang yang tetap dan yang melintas,
Dan aku melihat bukti dari kekuatan yang selamanya menarik dan menolakan peperangan antar unsur, menciptakan, mengganti dan tambahan pula di tahan dipenjara dalam suatu hukum yang tiada berawal pun tiada berakhir.
Benda-benada ini kupandang melalui jendela kecilku, dan aku lupa tiga puluh tahunku.
Dan semua abad-abad yang telah mendahuluinya,
Kemudian hidupku, bersama wahyu-wahyunya dan misteri-misterinya, tampak bagiku bagai keluhan seorang bocah.
Yang bergetaran dalam kekosongan dari kedalaman dan ketinggian yang kekal.
Tapi atom ini, diri ini yang aku panggil aku, pernah menjadi sesuatu yang menggegerkan dan suatu kegempaan
Mengangkat sayapnya ke arah angkasa yang sangat luas, mengulurkan tanganya ke empat penjuru bumi
Memperseimbangkan wujudnya pada titik waktu yang memberinya kesadaran kehidupan.
Kemudian dari yang suci diantara yang suci dimana pesolek hidup ini tetap tinggal, sebuah suara bangkit meratap :
“perdamaian ada bersamamu, kehidupan !
perdamaian ada bersamamu, yang terjaga !
perdamaian ada bersamamu, kenyataan !
perdamaian ada bersamamu, siang yang memiliki limpahan cahaya yang memeluk kegelapan di dunia !
perdamaian ada bersamamu, malam yang memiliki kegelapan yang membukakan cahay surga
perdamaian ada bersamamu musim-musim !
perdamaian ada bersamamu, musim semi yang memperbaharui kebeliaan bumi !
perdamaian ada bersamamu, musim panas yang memperkaya kemegahan mahatari
perdamaian ada bersamamu, musim gugur, yang melimpahkan bebuahan dari kerja dan panen dari kerja keras !
Perdamaian ada bersamamu, musim dingin yang memperbaiki dengan topan yang menyusutkan kekuatan alam !
Perdamaian ada bersamamu, tahun-tahun yang menyingkapkan apa yang tahun-tahun sembunyikan.
Perdamaian ada bersamamu, abad-abad yang memperbaiki apa yang abad-abad telah rusakkan !
Perdamaian ada bersamamu, waktu yang bergerak bersama kita menuju hari yang sempurna
Perdamaian ada nersamamu, semangat yang mengawali dengan kebijakan mengendalikan kehidupan, bersembunyi dari kita dekat matahari !
Perdamaian ada bersamamu, hati yang kau gerakkan menyoraki perdamaian !
Sementara engkau mandi air mata !
Perdamaian ada bersamamu, bibir-bibir kau yang mengucapkan perdamaian !
Sementara engkau merasai roti dari kepahitan.............!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar